A. PENDAHULUAN








1.
PROFIL PENULIS
Dr. rer. nat.
H. Rayandra Asyhar, M.Si.
Lahir di Tembilahan Riau 6 Agustus 1961.
Sejak menyelesaikan studi S1 pada Fakultas MIPA Universitas Riau Pekanbaru
tahun 1986, mengabdikan diri sebagai dosen tetap pada Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi hingga sekarang. Pada
tahun 1991 melanjutkan studi S2 di UGM Yogyakarta, selesai tahun 1994. Gelar
Doktor diperoleh dari Institut fuer Ecologische Chemie und Abfallanalaysis,
Carolo-Wihelmina Universitaet Braunschweig Jerman pada tahun 2002, dengan
disertai berjudul Characterization and Activation of Petroleum Cake and It
Application for the Removal of Phenolics and Dyestuffs from Wasterwater.
Di samping mengampu Mata Kuliah
Lingkungan pada Program S1 FKIP Universitas Jambi, juga mengajar MataKuliah Curriculum
Review and Development dan Multimedia f or Chemistry Instruction pada
Program Pendidikan Guru Sekolah Bertaraf Internasional (PG-SBI) UNJA. Sementara
pada Program Magiter Teknologi Pendidikan tercatat sebagai staf pengajar Mata
Kuliah Produksi Media Pembelajaran, Filasafat Ilmu dan Model-Model
Pembelajaran.
Selain melaksanakan tugas rutin tersebut,
penulis juga ditunjuk sebagai Ketua Program Pendidikan pada Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat, Koordinator Monitoring dan Evaluasi Internal pada Proyek Indonesia-Managing
Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) dan Anggota Badan
Penjaminan Mutu Akademik (BPMA)
Universitas Jambi.
Di samping itu, aktif melaksanakan
penelitian, mengikuti seminar ilmiah, dan menjadi instruktur pada
program-program pelatihan peningkatan kompetensi guru dan perbaikan proses
pembelajaran, serta memberi bimbingan teknis implementasi PTK dan KTSP di
Provinsi Jambi. Aktivitas lain yang dilakukan adalah menulis buku dan modul
ajar, serta artikel pendidikan di harian lokal yang terbit di Jambi.
2.
URAIAN SINGKAT TENTANG BUKU
a.
Media Pembelajaran dalam Perspektif
Sejarah
Buku Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran sangat baik, untuk menjadi
panduan bagi seorang guru yang ingin mengembangkan media pembelajaran yang
sering digunakannya, karena tidak selayaknya seorang guru hanya menggunakan
media pembelajaran yang monoton namun sebaliknya, seharusnya sebagai seorang
tenaga pendidik kita harus mengembangkan media pembelajaran yang kita gunakan.
Meskipun buku ini berjudul “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran” artinya
dikhususkan kepada orang yang sudah memiliki dasar tentang media pembelajaran
namun buku ini disertai dengan pembuatan media audio pembuatan modul ajar.
Berikut akan kami ceritakan secara singkat namun menyeluruh hal-hal yang
terdapat dalam buku tersebut.
Dari perspektif sejarah, penggunaan media
sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sudah melewati perjalanan cukup
panjang. Menurut Midun (2009), perkembangan konsep media dalam pendidikan
diawali dengan munculnya aliran realisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh
Johan Amos Camenius pada abad ke-17, melalui sebuah tulisan dalam bukunya yang
berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam Gambar). Dala, pengamatan Comenius,
anak-anak di Eropa yang tidak berbahasa Latin (Jerman, Francis, Rusia, dsb.),
mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Latin. Bagi mereka bahasa Latin
sangat abstrak dan sulit dimengerti, untuk itu diperlukan visualisasi agar
lebih mudah dipahami. Dalam buku Orbis Pictus, Comenius memberikan
gambar bendanya untuk setiap kata dan diletakkan di samping kata tersebut. Dengan
demikian bahasa latin yang dipelajari oleh anak-anak menjadi lebih
nyata/konkret dan mudah diingat. Aliran realisme ini mendorong munculnya aliran
visualisasi pendidikan atau pembelajaran yang intinya si pebelajar (guru) harus
menggunakan gambar-gambar untuk memperjelas apa yang diajarkan kepada peserta
didik.
b.
Pengertian
Media Pembelajaran
Secara
etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata
”medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Sedangkan yang
pembelajaran, pembelajaran dari istilah Bahasa Inggris yaitu “Instruction” diartikan
sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang berlangsung secara
dinamis. Ini berada dengan istilah “teaching” yang berarti mengajar.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah apa
saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Secara terminologis, ada
berbagai definisi yang diberikan tentang media pembelajaran. Gagne (1970)
mendefinisikan bahwa media adalah berbagai komponen pada lingkungan belajar
yang membantu pebelajar untuk belajar. Penggunaan media pembelajaran dilandasi
oleh aspek sejarah, psikologis, teknologis, dan empiric. Sejarah penggunaan
media dalam proses pembelajaran/pendidikan dapat membantu menjelaskan ide yang
abstrak (penjelasan verbal) dan dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap
pesan-pesan pembelajaran. Dari aspek psikologis, penggunaan media dalam
pembelajaran dapat menyediakan rangsangan bermacam-macam kepada peserta didik
sehingga melayani kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda pada peserta
didik.
c.
Fungsi dan
Manfaat Media
Penggunaan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai
alat bantu akan tetapi juga merupakan strategi pembelajaran. Dari pembahasan di
atas dapat disimpulkan bahwa media
memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran, yaitu:
Ø Sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai,
penghubung, pesan/pengetahuan dan pebelajar kepada pembelajar.
Ø Fungsi semantik, yakni fungsi media dalam memperjelas arti dari
suatu kata, istilah, tanda atau symbol.
Ø Fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media
untuk menangkap, menyimpan, menampilkan, kembali suatu objek atau kejadian
sehingga dapat digunakan kembali suatu keperluan.
Ø Fungsi manipulatf, yakni fungsi yang berkaitan dengan kemampuan
media untuk menampilkan kembali suatu objek atau peristiwa /kejadian dengan
berbgai macam cara, teknik dan bentuk.
Ø Fungsi distributif, maksudnya dalam sekali penampilan suatu objek
atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat besar dalam kawasan yang
sangat luas.
Ø Fungsi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan
keterampilan fisik peserta didik.
Ø Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek
psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif
(menggugah perasaan), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya piker),
fungsi imjinatif dan fungsi motivasi (mendorong peserta didik membangkitkan
minat belajar).
Ø Fungsi social-kultural, yakni media pembelajaran dapat memberikan
rangsangan persepsi yang sama kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa fungsi yang ditampilkan media pembelajaran
beberapa manfaat penggunaan media dalam pembelajaran antara lain:
Ø Memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di
kelas seperti buku, foto-foto dan narasumber sehingga peserta didik akan
memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing.
Ø Menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat
oleh peserta didik baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti sistem tata
surya, teralu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu
panjang.
Ø Memberikan informasi akurat dan terbaru.
Ø Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan.
Ø Dll.
d.
Jenis dan
Klasifikasi Media
Secara umum, ada 4 jenis media pembelajaran, yaitu media visual,
media audio, media audio-visual dan multimedia:
1.
Media visual,
yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta
didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik
sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster,
globe, bumi, peta, foto, alam sekitar dan sebagainya.
2.
Media audio,
adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya
melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan
didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.
3.
Media
audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan pedengaran dan pengglihatan sekaligus dalam sastu proses atau
kegiatan.
4.
Multimedia,
yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam
satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih ditekankan pada penggunaan
berbagai media berbasis TIK dan computer.
Penggoolongan
media pembelajaran didasarkan pada aspek: yaitu:
1.
Berdasarkan
bentuk dan cirri fisik.
2.
Berdasarkan
tingkat pengalaman belajar yang diperoleh.
3.
Berdasarkan
persepsi siswa.
4.
Berdasarkan
penggunaannya.
e.
Pemilihan Media
Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan agar sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan
pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup bersifat top down dari atas,
misalnya dari Dinas Pendidikan. Sedangkan, model pemilihan terbuka bersifat buttom
up yang dilakukan pihak sekolah. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
dalam memilih media, yaitu:
1.
Sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Media dipilih
berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan
psikomoto.
2.
Dapat mendukung
isi pelajaran. Media harus
sesuai dengan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, procedural atau
generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media
harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan
mental siswa.
3.
Praktis, luwes,
dan tahan. Criteria ini menuntun para guru
untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh
guru.
4.
Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu criteria utama.
Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5.
Cocok dengan
sasaran. Media yang efektif untuk mkelompok
besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan.
6.
Berkualitas
baik. Kriteria media secara teknis harus
berkualitas baik. Misalnya, pengembangan visual baik gambar maupun fotograf
harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, seperti visual pada slide harus
jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu
oleh eleme lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2003).
f.
Pengembangan
Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran sangat penting dilakukan, baik
secara individual, bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena
ketersediaan media pembelajaran di sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan di
lembaga-lembaga pendidikan masih sangat terbatas. Di samping itu, pemanfaatan
media yang ada juga belum sesuai harapan.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam artian
efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya diperlukan
suatu perencanaan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat
secara spontanitas dan asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal harus
diperhatikan, baik menyangkut aspek materi, media pedagogig dan sasaran serta
tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut.
Menurut Sudiman, dkk. (2007), perancangan media pembelajaran
melalui 6 tahap kegiatan yaitu:
1.
Menganalisis
kebutuhan dan karakteristik siswa.
2.
Merumuskan
tujuan pembelajaran.
3.
Merumuskan
butir-butir materi.
4.
Menyusun
instrument evaluasi.
5.
Menulis naskah
media.
6.
Melakukan tes
evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya
dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah disusun, yaitu sebelum
dilakukan uji coba lapangan.
Format sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin dan
naratif. Sedangkan media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama,
animasi, film documenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya,
antara lain modul atau buku ajar, buku test, bahan presentasi dan lain-lain.
Peran media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam
pembuatan/produksi program media. Sedangkan pada berbasis cetakan, naskah
adalah bentuk prototipe media itu sendiri. Apapun jenis dan format media
pembelajaran yang dikembangkan, memerlukan perancangan yang baik dan sesuai
dengan prosedur pengembangan. Tanpa perancangan yang baik, maka media yang baik
dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam
proses pengembangan, pengembang naskah media perlu memahami beebagai istilah
teknis yang sering digunakan, terutama untuk media audio, audiovisual dan
multimedia.
g.
Pembuatan Media
Audio-Visual
Tahap
praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci
keberhasilan tahap selanjutnya. Di dalam tahap praproduksi khusus untuk media
video/pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletak pada
mulai pencarian ide/eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran,
penentuan materi. Media video/televisi pembelajaran harus mengacu kurikulum
sedangkan non pembelajaran bebas. Naskah media video/televise pembelajaran
harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah
sinetron dan kartun ditambah ahli psikologi.
Ada
beberapa tahap yang dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video.
Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang
memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahap
berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan
kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka
kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan untuk kualitas siar,
maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai
dengan kualitas statsiun televise yang menyiarkannya.
Tahapan
pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media video. Tahap ini
merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan. Setiap tahap
memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami video/televisi. Setelah
selesai pada tahap ini harus dikembalikan ke tahap perencanaan yaitu
ide/gagasan yang tertuang di dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi
terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi sasaran/penonton
dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila sasaran memahami
materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka media tersebut
dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus tontonan.
h.
Pembuatan Media
Audio
Proses produksi media audio terdiri dari tiga tahapan, yaitu pra
produksi, prduksi dan pasca produksi. Tahap praproduksi merupakan tahap
perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya.
Media pembelajaran audio harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap
praproduksi adalah naskah media audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji
oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
Tahap produksi adalah
mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan skenarion, penentuan pemain,
perhitungan biaya dan proses perekaman suara.
Tahapan pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media
audio. Tahap pasca produksi mencakup proses editing, mixing, dan pembuatan
master media audio. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang
memahami audio. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap
perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan
evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media audio tersebut bagi
sasaran/penonoton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media.
i.
Pembuatan Media
Visual
Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:
1.
Self
Instructional; yaitu mampu
membelajarkan peserta didik secara mandiri. Melalui modul tersebut, seseorang
atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tanpa tergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul
harus.
2.
Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau
sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
3.
Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain.
4.
Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel
digunakan.
5.
User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan
paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan
keinginan.
Widodo dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah-langkah
kegiatan dalam proses penyusunan modul sebagai berikut:
1)
Analisis
kebutuhan modul, dari hasil
analisis akan bisa dirumuskan jumlah dan judul modul yang akan disusun. Dalam
analisis kebutuhan, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
a.
Menetapkan
kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
atau silabus.
b.
Mengidentifikasi
dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari kompetensi utama.
c.
Mengidentifikasi
dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan.
d.
Menentukan
judul modul yang akan disusun.
2)
Penyusunan
Naskah/Draft Modul. Tahap ini
sesungguhnya merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan dan pengorganisian materi
pembelajaran, yaitu mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu
dikuasai oleh pembaca, dan daftar pustaka. Draft disusun secara sistematis
dalam satu kesatuan sehingga dihasilkan suatu prototipe modul yang siap
diujikan.
3)
Uji coba. Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan
peserta dalam memahami media dan mengetahui efisiiensi waktu belajar
menggunakan media pembelajaran yang akan diproduksi.
4)
Validasi. Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan
kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak
praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang
terkait dalam modul.
5)
Revisi dan Produksi.
Masukan-masukan yang diperoleh dari pengamat (observer) dan pendapat
para peserta didik merupakan hal yang sangat bernilai bagi pengembang modul
karena dengan masukan-masukan tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
media yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul tersebut bisa diproduksi untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna
lain.
j.
Pembuatan Bahan
Ajar Multimedia
Bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis
teknologi multimedia. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik
dapat mempelajari materi ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif dilengkapi
dengan kuis untuk latihan. Menggunakan CD interaktif, peserta didik dapat menggunakan secara berulang-ulang,
individual atau kelompok hingga materinya dapat dipahami, peserta didik juga dapat
melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui kuis yang disediakan
secara interaktif.
Prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis
kurikulum, memilih teknologi, merancang desain, menyusun storyboard dan
mengidentifikasi dan mengumpulkan materi.
Beberapa hal penting yang perlu Anda ingat tentang pembahan modul
ini adalah sebagai berikut:
ü Media presentasi yang dikembangkan untuk keperluan pembelajaran
memiliki ciri yang berbeda dengan media presentasi umum. Salah satu perbedaan
itu adalah bahwa media presentasi pembelajaran terikat pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, yaitu tujuan yang terukur dan terkontrol.
ü Karena merupakan sebuah media pembelajaran, maka media
presentasi pembelajaran harus
dikembangkan secara sistematis sesuai prinsip-prinsip pengembangan
instruksional.
ü Media presentasi banyak jenisnya, salah satunya yang dibahas dalam
modul ini adalah media presentasi yang dikembangkan dengan menggunakan program.
ü Microsoft PowerPoint versi 2003. Anda bisa menggunakan program
sejenis lainnya, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.
ü Selain memiliki banyak kelebihan, media presentasi PowerPoint ini
juga memiliki kekurangan. Media ini tidak serba cocok untuk semua jenis dan
tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memahami benar bagaimana
karakteristik media presentasi ini.
ü Dengan keberhasilan anda menguasai modul ini, diharapkan anda akan
termotivasi untuk mengembangkan kemampuan anda.
Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung
pembuatan bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia
interaktif seperti Microsft powerpoint, macromedia flash, camtasia, recorder,
ulead, pinnacle, goldwave dan lain-lain. Sebagai diantaranya dapat diunduh dari
internet secara bebas tanpa biaya.
Macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi digunakan
untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau
halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak
dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi
bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain.
Camtasia adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith
Corporation. Camtasia record adalah bagian dari Camtasia Studio yang berguna
untuk membuat record atau rekaman mengenai tampilan pada desktop.
B.
PEMBAHASAN
1.
Kelebihan Buku
Buku “Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran” dalam penilaian kami memiliki banyak
keunggulan antara lain sebagai berikut:
a.
Buku ini
ditulis oleh seorang pakar pendidikan yang berpengalaman dalam bidangnya yaitu
Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyar, M.Si.. beliau adalah seorang penulis buku dan
modul ajar, serta artikel pendidikan di harian lokal yang terbit di Jambi.
Beliau juga seorang tenaga pengajar pada mata kuliah produksi media
pembelajaran, filsafat ilmu dan model-model pembelajaran.
b.
Buku ini
disertai dengan cara pembuatan media audio dan visual bahkan diserta dengan
cara bagaimana mendesain bahan ajar multimedia.
c.
Buku ini juga
menjelaskan dengan sangat jelas peran dan fungsi media pembelajaran.
d.
Buku ini juga
disertai rangkuman yang bisa memudahkan para pembacanya untuk mengerti setiap
isi babnya.
2.
Kelemahan Buku
Buku belajar
judul “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran”. Berikut adalah beberapa
kelemahan yang kami dapati pada buku tersebut:
a.
Buku ini
menggunakan bahasa yang tidak terlalu tinggi namun susah untuk dimengerti.
b.
Menggunakan
bahasa Indonesia dengan sedikit campuran Malaysia.
c.
Kertas yang
digunakan tidak seperti kertas buku cetak pada umumnya dan sedikit tercium
baunya.
3.
Resensi yang
Relevan sebagai antara Isi Buku dan Referensi Lain yang Sama dan Releven.
Untuk menjadi
seorang guru yang profesional dan tidak menggunakan media yang monoton disetiap
jam mengajarnya perlu dilakukan perbaikan media pembelajaran, itu bisa
dilakukan dengan diadakannya pelatihan mengembangan media pembelajaran di
sekolah dengan dibimbing oleh seorang instruktur media yang profesional di
bidangya. Juga bisa dilkukan dengan mengadakan sebuah pelatihan atau seminar
pemgembangan media pembelajaran di luar sekolah atau dengan membaca buku-buku
media pembelajaran. Buku “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran” bisa
membantu para tenaga pengajar untuk mengembangkan media pembelajarannya. Saran
kami kepada tenaga pengajar bacalah buku “Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran”. (Fitriani, Maret 2013).
C.
PENUTUP
Ø Kesimpulan
1.
Tugas
merensensi buku ini sangat bermanfaat bagi kami karena bisa mengetahui sedikit
tentang bagaimana menggunakan media pembelajaran.
2.
Meresensi buku
tidak semudah yang kami bayangkan, namun dengan itu kami bisa mengetahui
sedikit tentang isi buku meskipun hanya sedikit namun bermanfaat dan berkesan.
3.
Pada dasarnya
media pembelajaran ada 4 yaitu :
a.
Media Visual
b.
Media Audio
c.
Media
Audio-Visual
d.
Multimedia
Casino Hotel, New York - MapYRO
BalasHapusCasino 거제 출장안마 Hotel, 여주 출장안마 New 전주 출장안마 York, NY. 08401 안동 출장샵 US. 화성 출장샵 47432 likes. Casino Hotel, New York. Hotel Details · Map and Directions · Casino Hotel Map