Selasa, 16 April 2013



A.      PENDAHULUAN

*        Judul Buku               : Kreatif Mengembangan Media Pengembangan
*        Penulis                      : Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyar, M.Si.
*        Desain Cover            : Tim GP Press
*        Editor                        : Saiful Ibad, MA.
*        Penerbit                     : GP Press
*        Tebal Buku               : 196 halaman
*        Ukuran                      : 16 x 24 Cm
*        Tahun Terbit             : 2011

1.         PROFIL PENULIS
Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si.
Lahir di Tembilahan Riau 6 Agustus 1961. Sejak menyelesaikan studi S1 pada Fakultas MIPA Universitas Riau Pekanbaru tahun 1986, mengabdikan diri sebagai dosen tetap pada Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi hingga sekarang. Pada tahun 1991 melanjutkan studi S2 di UGM Yogyakarta, selesai tahun 1994. Gelar Doktor diperoleh dari Institut fuer Ecologische Chemie und Abfallanalaysis, Carolo-Wihelmina Universitaet Braunschweig Jerman pada tahun 2002, dengan disertai berjudul Characterization and Activation of Petroleum Cake and It Application for the Removal of Phenolics and Dyestuffs from Wasterwater.

Di samping mengampu Mata Kuliah Lingkungan pada Program S1 FKIP Universitas Jambi, juga mengajar MataKuliah Curriculum Review and Development dan Multimedia f or Chemistry Instruction pada Program Pendidikan Guru Sekolah Bertaraf Internasional (PG-SBI) UNJA. Sementara pada Program Magiter Teknologi Pendidikan tercatat sebagai staf pengajar Mata Kuliah Produksi Media Pembelajaran, Filasafat Ilmu dan Model-Model Pembelajaran.

Selain melaksanakan tugas rutin tersebut, penulis juga ditunjuk sebagai Ketua Program Pendidikan pada Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Koordinator Monitoring dan Evaluasi Internal pada Proyek Indonesia-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) dan Anggota Badan Penjaminan  Mutu Akademik (BPMA) Universitas Jambi.

Di samping itu, aktif melaksanakan penelitian, mengikuti seminar ilmiah, dan menjadi instruktur pada program-program pelatihan peningkatan kompetensi guru dan perbaikan proses pembelajaran, serta memberi bimbingan teknis implementasi PTK dan KTSP di Provinsi Jambi. Aktivitas lain yang dilakukan adalah menulis buku dan modul ajar, serta artikel pendidikan di harian lokal yang terbit di Jambi.
2.         URAIAN SINGKAT TENTANG BUKU
a.      Media Pembelajaran dalam Perspektif  Sejarah
Buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran sangat baik,  untuk menjadi panduan bagi seorang guru yang ingin mengembangkan media pembelajaran yang sering digunakannya, karena tidak selayaknya seorang guru hanya menggunakan media pembelajaran yang monoton namun sebaliknya, seharusnya sebagai seorang tenaga pendidik kita harus mengembangkan media pembelajaran yang kita gunakan. Meskipun buku ini berjudul “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran” artinya dikhususkan kepada orang yang sudah memiliki dasar tentang media pembelajaran namun buku ini disertai dengan pembuatan media audio pembuatan modul ajar. Berikut akan kami ceritakan secara singkat namun menyeluruh hal-hal yang terdapat dalam buku tersebut.
Dari perspektif sejarah, penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sudah melewati perjalanan cukup panjang. Menurut Midun (2009), perkembangan konsep media dalam pendidikan diawali dengan munculnya aliran realisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh Johan Amos Camenius pada abad ke-17, melalui sebuah tulisan dalam bukunya yang berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam Gambar). Dala, pengamatan Comenius, anak-anak di Eropa yang tidak berbahasa Latin (Jerman, Francis, Rusia, dsb.), mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa Latin. Bagi mereka bahasa Latin sangat abstrak dan sulit dimengerti, untuk itu diperlukan visualisasi agar lebih mudah dipahami. Dalam buku Orbis Pictus, Comenius memberikan gambar bendanya untuk setiap kata dan diletakkan di samping kata tersebut. Dengan demikian bahasa latin yang dipelajari oleh anak-anak menjadi lebih nyata/konkret dan mudah diingat. Aliran realisme ini mendorong munculnya aliran visualisasi pendidikan atau pembelajaran yang intinya si pebelajar (guru) harus menggunakan gambar-gambar untuk memperjelas apa yang diajarkan kepada peserta didik.
b.      Pengertian Media Pembelajaran
Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata ”medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Sedangkan yang pembelajaran, pembelajaran dari istilah Bahasa Inggris yaitu “Instruction” diartikan sebagai proses interaktif antara guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis. Ini berada dengan istilah “teaching” yang berarti mengajar. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah apa saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Secara terminologis, ada berbagai definisi yang diberikan tentang media pembelajaran. Gagne (1970) mendefinisikan bahwa media adalah berbagai komponen pada lingkungan belajar yang membantu pebelajar untuk belajar. Penggunaan media pembelajaran dilandasi oleh aspek sejarah, psikologis, teknologis, dan empiric. Sejarah penggunaan media dalam proses pembelajaran/pendidikan dapat membantu menjelaskan ide yang abstrak (penjelasan verbal) dan dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap pesan-pesan pembelajaran. Dari aspek psikologis, penggunaan media dalam pembelajaran dapat menyediakan rangsangan bermacam-macam kepada peserta didik sehingga melayani kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda pada peserta didik.
c.       Fungsi dan Manfaat Media
Penggunaan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi juga merupakan strategi pembelajaran. Dari pembahasan di atas  dapat disimpulkan bahwa media memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran, yaitu:
Ø Sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung, pesan/pengetahuan dan pebelajar kepada pembelajar.
Ø Fungsi semantik, yakni fungsi media dalam memperjelas arti dari suatu kata, istilah, tanda atau symbol.
Ø Fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan, kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat digunakan kembali suatu keperluan.
Ø Fungsi manipulatf, yakni fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menampilkan kembali suatu objek atau peristiwa /kejadian dengan berbgai macam cara, teknik dan bentuk.
Ø Fungsi distributif, maksudnya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat besar dalam kawasan yang sangat luas.
Ø Fungsi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan keterampilan fisik peserta didik.
Ø Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya piker), fungsi imjinatif dan fungsi motivasi (mendorong peserta didik membangkitkan minat belajar).
Ø Fungsi social-kultural, yakni media pembelajaran dapat memberikan rangsangan persepsi yang sama kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa fungsi yang ditampilkan media pembelajaran beberapa manfaat penggunaan media dalam pembelajaran antara lain:
Ø Memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan narasumber sehingga peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing.
Ø Menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat oleh peserta didik baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti sistem tata surya, teralu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang.
Ø Memberikan informasi akurat dan terbaru.
Ø Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan.
Ø Dll.
d.      Jenis dan Klasifikasi Media
Secara umum, ada 4 jenis media pembelajaran, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia:
1.    Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, globe, bumi, peta, foto, alam sekitar dan sebagainya.
2.    Media audio, adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.
3.    Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pedengaran dan pengglihatan sekaligus dalam sastu proses atau kegiatan.
4.    Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan computer.
Penggoolongan media pembelajaran didasarkan pada aspek:  yaitu:
1.      Berdasarkan bentuk dan cirri fisik.
2.      Berdasarkan tingkat pengalaman belajar yang diperoleh.
3.      Berdasarkan persepsi siswa.
4.      Berdasarkan penggunaannya.
e.       Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup bersifat top down dari atas, misalnya dari Dinas Pendidikan. Sedangkan, model pemilihan terbuka bersifat buttom up yang dilakukan pihak sekolah. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu:
1.      Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomoto.
2.      Dapat mendukung isi pelajaran. Media harus sesuai dengan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, procedural atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
3.      Praktis, luwes, dan tahan. Criteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
4.      Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu criteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5.      Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk mkelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
6.      Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik. Misalnya, pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, seperti visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh eleme lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2003).
f.       Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran sangat penting dilakukan, baik secara individual, bersama-sama dan atau melibatkan pihak eksternal karena ketersediaan media pembelajaran di sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan di lembaga-lembaga pendidikan masih sangat terbatas. Di samping itu, pemanfaatan media yang ada juga belum sesuai harapan.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam artian efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya diperlukan suatu perencanaan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontanitas dan asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal harus diperhatikan, baik menyangkut aspek materi, media pedagogig dan sasaran serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut.
Menurut Sudiman, dkk. (2007), perancangan media pembelajaran melalui 6 tahap kegiatan yaitu:
1.        Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
2.        Merumuskan tujuan pembelajaran.
3.        Merumuskan butir-butir materi.
4.        Menyusun instrument evaluasi.
5.        Menulis naskah media.
6.        Melakukan tes evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan.
Format sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin dan naratif. Sedangkan media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama, animasi, film documenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya, antara lain modul atau buku ajar, buku test, bahan presentasi dan lain-lain.
Peran media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam pembuatan/produksi program media. Sedangkan pada berbasis cetakan, naskah adalah bentuk prototipe media itu sendiri. Apapun jenis dan format media pembelajaran yang dikembangkan, memerlukan perancangan yang baik dan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tanpa perancangan yang baik, maka media yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam proses pengembangan, pengembang naskah media perlu memahami beebagai istilah teknis yang sering digunakan, terutama untuk media audio, audiovisual dan multimedia.
g.      Pembuatan Media Audio-Visual
Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Di dalam tahap praproduksi khusus untuk media video/pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletak pada mulai pencarian ide/eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran, penentuan materi. Media video/televisi pembelajaran harus mengacu kurikulum sedangkan non pembelajaran bebas. Naskah media video/televise pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah sinetron dan kartun ditambah ahli psikologi.
Ada beberapa tahap yang dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahap berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan untuk kualitas siar, maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai dengan kualitas statsiun televise yang menyiarkannya.
Tahapan pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media video. Tahap ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami video/televisi. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang di dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila sasaran memahami materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka media tersebut dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus tontonan.
h.      Pembuatan Media Audio
Proses produksi media audio terdiri dari tiga tahapan, yaitu pra produksi, prduksi dan pasca produksi. Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Media pembelajaran audio harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap praproduksi adalah naskah media audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
 Tahap produksi adalah mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan skenarion, penentuan pemain, perhitungan biaya dan proses perekaman suara.
Tahapan pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media audio. Tahap pasca produksi mencakup proses editing, mixing, dan pembuatan master media audio. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami audio. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media audio tersebut bagi sasaran/penonoton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media.
i.        Pembuatan Media Visual
Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:
1.      Self Instructional; yaitu mampu membelajarkan peserta didik secara mandiri. Melalui modul tersebut, seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus.
2.      Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu  modul secara utuh.
3.      Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain.
4.      Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan.
5.      User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

Widodo dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul sebagai berikut:
1)      Analisis kebutuhan modul, dari hasil analisis akan bisa dirumuskan jumlah dan judul modul yang akan disusun. Dalam analisis kebutuhan, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
a.       Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau silabus.
b.      Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari kompetensi utama.
c.       Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan.
d.      Menentukan judul modul yang akan disusun.
2)      Penyusunan Naskah/Draft Modul. Tahap ini sesungguhnya merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan dan pengorganisian materi pembelajaran, yaitu mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dikuasai oleh pembaca, dan daftar pustaka. Draft disusun secara sistematis dalam satu kesatuan sehingga dihasilkan suatu prototipe modul yang siap diujikan.
3)      Uji coba. Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan peserta dalam memahami media dan mengetahui efisiiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran yang akan diproduksi.
4)      Validasi. Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang  terkait dalam modul.
5)      Revisi dan Produksi. Masukan-masukan yang diperoleh dari pengamat (observer) dan pendapat para peserta didik merupakan hal yang sangat bernilai bagi pengembang modul karena dengan masukan-masukan tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap media yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul tersebut bisa diproduksi untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna lain.
j.        Pembuatan Bahan Ajar Multimedia
Bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik dapat mempelajari materi ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif dilengkapi dengan kuis untuk latihan. Menggunakan CD interaktif, peserta didik  dapat menggunakan secara berulang-ulang, individual atau kelompok hingga materinya dapat dipahami, peserta didik juga dapat melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui kuis yang disediakan secara interaktif.
Prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis kurikulum, memilih teknologi, merancang desain, menyusun storyboard dan mengidentifikasi dan mengumpulkan materi.
Beberapa hal penting yang perlu Anda ingat tentang pembahan modul ini adalah sebagai berikut:
ü Media presentasi yang dikembangkan untuk keperluan pembelajaran memiliki ciri yang berbeda dengan media presentasi umum. Salah satu perbedaan itu adalah bahwa media presentasi pembelajaran terikat pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yaitu tujuan yang terukur dan terkontrol.
ü Karena merupakan sebuah media pembelajaran, maka media presentasi  pembelajaran harus dikembangkan secara sistematis sesuai prinsip-prinsip pengembangan instruksional.
ü Media presentasi banyak jenisnya, salah satunya yang dibahas dalam modul ini adalah media presentasi yang dikembangkan dengan menggunakan program.
ü Microsoft PowerPoint versi 2003. Anda bisa menggunakan program sejenis lainnya, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.
ü Selain memiliki banyak kelebihan, media presentasi PowerPoint ini juga memiliki kekurangan. Media ini tidak serba cocok untuk semua jenis dan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memahami benar bagaimana karakteristik media presentasi ini.
ü Dengan keberhasilan anda menguasai modul ini, diharapkan anda akan termotivasi untuk mengembangkan kemampuan anda.
Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti Microsft powerpoint, macromedia flash, camtasia, recorder, ulead, pinnacle, goldwave dan lain-lain. Sebagai diantaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa biaya.
Macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain.
Camtasia adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith Corporation. Camtasia record adalah bagian dari Camtasia Studio yang berguna untuk membuat record atau rekaman mengenai tampilan pada desktop.

B.       PEMBAHASAN
1.      Kelebihan Buku
Buku “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran” dalam penilaian kami memiliki banyak keunggulan antara lain sebagai berikut:
a.       Buku ini ditulis oleh seorang pakar pendidikan yang berpengalaman dalam bidangnya yaitu Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyar, M.Si.. beliau adalah seorang penulis buku dan modul ajar, serta artikel pendidikan di harian lokal yang terbit di Jambi. Beliau juga seorang tenaga pengajar pada mata kuliah produksi media pembelajaran, filsafat ilmu dan model-model pembelajaran.
b.      Buku ini disertai dengan cara pembuatan media audio dan visual bahkan diserta dengan cara bagaimana mendesain bahan ajar multimedia.
c.       Buku ini juga menjelaskan dengan sangat jelas peran dan fungsi media pembelajaran.
d.      Buku ini juga disertai rangkuman yang bisa memudahkan para pembacanya untuk mengerti setiap isi babnya.
2.      Kelemahan Buku
Buku belajar judul “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran”. Berikut adalah beberapa kelemahan yang kami dapati pada buku tersebut:
a.       Buku ini menggunakan bahasa yang tidak terlalu tinggi namun susah untuk dimengerti.
b.      Menggunakan bahasa Indonesia dengan sedikit campuran Malaysia.
c.       Kertas yang digunakan tidak seperti kertas buku cetak pada umumnya dan sedikit tercium baunya.
3.      Resensi yang Relevan sebagai antara Isi Buku dan Referensi Lain yang Sama dan Releven.
Untuk menjadi seorang guru yang profesional dan tidak menggunakan media yang monoton disetiap jam mengajarnya perlu dilakukan perbaikan media pembelajaran, itu bisa dilakukan dengan diadakannya pelatihan mengembangan media pembelajaran di sekolah dengan dibimbing oleh seorang instruktur media yang profesional di bidangya. Juga bisa dilkukan dengan mengadakan sebuah pelatihan atau seminar pemgembangan media pembelajaran di luar sekolah atau dengan membaca buku-buku media pembelajaran. Buku “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran” bisa membantu para tenaga pengajar untuk mengembangkan media pembelajarannya. Saran kami kepada tenaga pengajar bacalah buku “Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran”. (Fitriani, Maret 2013).

C.      PENUTUP
Ø  Kesimpulan
1.      Tugas merensensi buku ini sangat bermanfaat bagi kami karena bisa mengetahui sedikit tentang bagaimana menggunakan media pembelajaran.
2.      Meresensi buku tidak semudah yang kami bayangkan, namun dengan itu kami bisa mengetahui sedikit tentang isi buku meskipun hanya sedikit namun bermanfaat dan berkesan.
3.      Pada dasarnya media pembelajaran ada 4 yaitu :
a.       Media Visual
b.      Media Audio
c.       Media Audio-Visual
d.      Multimedia

1 komentar:

  1. Casino Hotel, New York - MapYRO
    Casino 거제 출장안마 Hotel, 여주 출장안마 New 전주 출장안마 York, NY. 08401 안동 출장샵 US. 화성 출장샵 47432 likes. Casino Hotel, New York. Hotel Details · Map and Directions · Casino Hotel Map

    BalasHapus